Rabu, 18 Mei 2011

Kisah nyata religi (mimpi melihat api neraka )

1. SEORANG NON MUSLIM MASUK ISLAM SETELAH MIMPI MELIHAT API NERAKA....

Kisah ini nyata..dikisahkan sahabat kita, Edo kepada penulis (Yudi).

Penulis pada tahun 1994,masih masa penulisan skripsi tingkat akhir di jurusan Teknologi Industri Pertanian IPB,Bogor. dalam masa penulisan skripsi, ada waktu yang senggang misal saat menunggu hasil koreksian dari dosen pembimbing. saya suka jenuh di tempat kostku sehingga sering main ke stasiun kereta api Bogor. Dipinggiran stasiun ada kios kecil yang menjual buku-buku bekas, saya suka nongkrong di sana. mencari buku-buku menarik yang murah meriah. Didekat stasiun itu ada sebuah mesjid, yaitu Mesjid Agung Bogor. Waktu zuhur tiba, saya langsung menuju ke mesjid Agung tersebut, untuk menunaikan sholat zuhur. Setelah sholat zuhur saya istirahat dulu duduk-duduk dilantai 2 mesjid itu. Disamping saya banyak juga orang lain duduk-duduk, termasuk Edo yang duduk 1 meter dari saya. Edo Menyapa saya, akhirnya kami ngobrol.
Ia(Edo) bercerita :

Saya sementara tinggal di mesjid Agung ini sekarang , 2 hari yang lalu saya menjadi muallaf (memeluk agama islam) sebelumnya saya beragama kristen. saya di sini dibimbing oleh pengurus mesjid agung ini dan rencananya saya akan dicarikan pesantren untuk pembimbingan saya.

saya mahasiswa di UKI (Universitas Kristen Indonesia-Jakarta)mengambil jurusan Teologi Nasrani. Keluarga saya termasuk keluarga kuat beragama. Ayah dan Paman saya termasuk pendeta berpengaruh di Manado...

Saya dalam acara-acara kerohanian selalu memimpin koor lagu-lagu kerohanian.
rencananya pada natalan desember 1994. Kelompok kami ..ikut berpartisipasi natalan bersama di senayan..
Kami berlatih koor sering sampai larut malam ...,
Suatu malam, setelah latihan kami kecapean dan memutuskan untuk tidur di gereja saja. eh..saya bermimpi..dimana saya dan banyak manusia dikumpulkan di tempat yang sangat luas dan saya mendengarkan suara, yang belakangan saya mengerti itu adalah suara Azan, dan semua manusia tanpa mengenakan busana.. dalam mimpi itu semua manusia melewati suatu jembatan..dimana di bawahnya terdapat api yang menyala-nyala. saya melihat keluargaku melewati jembatan termasuk saya. Yang pertama adalah Ayahku berjalan melalui jembatan itu akhirnya jatuh ke dalam api, kemudian Ibuku terjatuh juga, Adik dan Kakakku juga terjatuh...Namun anehnya pada saat gilran saya yang melewati...tidak terjatuh...terus saja. dan saya terjaga (bangun dari tidur).

Sejak kejadian itu, saya bertanya-tanya apa maksud dari mimpi itu. Saya bercerita ke teman saya seorang muslim. Ia menjelaskan, bahwa suara itu adalah suara Azan, jembatan itu adalah sirotal mustaqim dan api neraka yang digambarkan dalam Al Qur'an. Sejak itu saya melihat lihat buku-buku religi Islam. Akhirnya hidayah itu datang, aku mencoba untuk sholat di tempat kosku. Suatu hari Ayahku datang dari manado tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Setelah Ayahku masuk kamarku Ia kaget melihat sajadah dikamarku. Ayahku marah," Kamu diam-diam telah berubah Keyakinan dan mempermalukan Bapak sebagai seorang Pendeta". Akhirnya saya kabur naik kereta api jurusan bogor. sampai di stasiun saya tidak tahu mau ke mana. Setelah saya melihat mesjid Agung saya mencoba mendekat dan duduk-duduk ditaman mesjid itu. Sambil merenung..dan meyakini bahwa ini adalah hidayah..akhirnya saya memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Saya Bersyahadat di mesjid Agung Bogor.

Itu adalah kisah nyata Edo kepada Penulis (Yudi)..semoga Saya dan para pembaca tulisan ini bertambah keyakinannya bahwa Akhirat itu, sesuai gambaran Al Qur'an benar-benar ada. Karena yang menyampaikan adalah seorang NON Muslim. ( Penulis : Wahyudin,S.TP)


2. BERAPA LAMA KITA DIKUBUR ?
Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet.

Baju merahnya yg Kebesaran melambai Lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang Es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram Ikatan sabuk celana ayahnya.

Yani dan Ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan & kemudian duduk Di atas seonggok nisan “Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1915 : 20- 01-1965 “

“Nak, ini kubur nenekmu mari Kita berdo’a untuk nenekmu” Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yg mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo’a untuk Neneknya…

“Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya Yah.” Ayahnya mengangguk sembari tersenyum, sembari memandang pusara Ibu-nya.

“Hmm, berarti nenek sudah meninggal 42 tahun ya Yah…” Kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung. “Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 42 tahun … “

Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana . Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut “Muhammad Zaini: 19-02-1882 : 30-01-1910″

“Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya Yah”, jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya. “Memangnya kenapa ndhuk ?” kata sang ayah menatap teduh mata anaknya. “Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa dineraka” kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya. “Iya kan yah?”

Ayahnya tersenyum, “Lalu?”
“Iya .. Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 42 tahun nenek senang dikubur …. Ya nggak yah?” mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada Ayahnya pendapatnya.

Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas ….. “Iya nak, kamu pintar,” kata ayahnya pendek.

Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah Di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya… 42 tahun hingga sekarang… kalau kiamat datang 100 tahun lagi…142 tahun disiksa .. atau bahagia dikubur …. Lalu Ia menunduk … Meneteskan air mata…

Kalau Ia meninggal .. Lalu banyak dosanya …lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti Ia akan disiksa 1000 tahun?
Innalillaahi WA inna ilaihi rooji’un …. Air matanya semakin banyak menetes, sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur. Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah lagi?
Tahankah? padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan?

Ya Allah… Ia semakin menunduk, tangannya terangkat, keatas bahunya naik turun tak teratur…. air matanya semakin membanjiri jenggotnya

Allahumma as aluka khusnul khootimah.. berulang Kali di bacanya DOA itu hingga suaranya serak … Dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani.

Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan Bambu. Di betulkannya selimutnya. Yani terus tertidur…. tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya arti sebuah kehidupan… Dan apa yang akan datang di depannya…

“Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku…”

Sebarkan e-mail ini ke saudara-saudara Kita, mudah-mudahan bermanfaat.. .

“Sebarkanlah walau hanya 1 ayat”

KISAH MENGHARUKAN ANAK MENCORET MOBIL AYAHNYA


Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan mobil1.jpg, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja motor.jpgkarena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..

1 komentar: