manfaat bersedekah....

 Dahsyatnya Sedekah....

Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah? Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?”
Allah menjawab, “Ada, yaitu besi” (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?”
Allah yang Mahasuci menjawab, “Ada, yaitu api” (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?”
Allah yang Mahaagung menjawab, “Ada, yaitu air” (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
“Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?”
Kembali bertanya para malaikat.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, “Ada, yaitu angin” (Air disamudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, “Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?”
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, “Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya.”
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya.
Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas? Pada suatu hari datang kepada seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan bis yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya.
Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk dikurs-kursi di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua akhwat itulah. Keduanya mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis tersedu-sedu penuh syukur.
Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa? Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafazkan zikir.
Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah (keutamaan) bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.
Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu membangkang terhadap perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita tercermin amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira.
Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa.
Demi Allah, semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya. Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak.
Dari pengalaman kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti diuraikan di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.
Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan sedekah. Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui,” demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2]: 261).
Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, “Ya, Rasulullah. Harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah.”
“Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan,” jawab Rasulullah.
Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. “Ya, Rasulullah. Saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya,” ujarnya.
Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.
Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah tersebut? Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan pertaruhan antara hidup dan mati. Kendati begitu para sahabat tidak ada yang mendambakan mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan sangat menguntungkan mereka. Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu na’im telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah. Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!
Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!
Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan, sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini.***

Oleh: KH Abdullah Gymnastiar

Bersedekahlah karena Allah swt....

Kedua anak sayidina Ali bin Abi Thalib jatuh sakit. Saat menjenguk bersama Rasulullah Saw, Umar
bin Khattab berkata kepada Ali Ra,
Mengapa engkau tidak bernazar saja untuk kesembuhan anakmu, wahai Ali?” Atas pendapat itu Ali Ra terinspirasi. Ia pun bernazar yang diikuti oleh Fathimah istrinya.
Hasan dan Husein, anaknya dan Faddoh, pembantunya, Mereka semua bernazar puasa karena Allah Swt selama 3 hari bila diberi kesembuhan atas penyakit yang diderita Hasan dan Husein. Rupanya Allah Swt mengabulkan nazar mereka. Hasan dan Husein sembuh. Maka mereka sekeluarga pun berpuasa selama 3 hari untuk memenuhi nazar.
Pada hari pertama saat hendak ifthar (berbuka), tiada yang mereka siapkan untuk dimakan selain hanya sepotong roti untuk 5 orang. Hanya makanan itulah yang bisa didapat oleh Ali Ra sebagai kepala
keluarga. Namun saat mereka baru saja hendak melahapnya, maka tiba-tiba terdengar suara orang yang mengucapkan salam dari balik pintu. Ali menjawab salam kemudian bangkit untuk menemui orang
tersebut. Rupanya, ada seorang miskin yang menyatakan bahwa dirinya lapar. Tiada makanan yang ia konsumsi beberapa hari terakhir. Ia datang memohon kemurahan hati. Sebagai manusia, Ali Ra bimbang untuk memutuskan. Ia tahu bahwa keluarganya juga lapar karena telah berpuasa seharian, sementara manusia asing yang miskin ini mungkin lebih lapar dari mereka. Ali Ra pun masuk ke dalam. Ia sampaikan
kondisi dan penderitaan orang miskin tadi kepada keluarganya. Dengan hati lapang, mereka semua memberikan sepotong roti yang hendak mereka makan kepada orang miskin itu. Tinggallah mereka semua, hanya berbuka dengan beberapa teguk air putih saja, dan pada malamnya mereka semua kelaparan.
Pada hari kedua, juga pada saat berbuka, hanyalah sepotong roti yang tersedia bagi keluarga yang lapar itu. Roti itu baru saja hendak disorongkan ke mulut mereka. Lalu terdengarlah ucapan salam dari mulut seorang bocah di balik pintu rumah mereka. Ali Ra pun bangkit lalu pergi ke sumber suara. Di sana
ia menjumpai seorang bocah yang mengaku yatim dan berkata bahwa dirinya lapar karena ia tidak memiliki orang tua yang memberinya makan. Hati Ali Ra terenyuh mendengarnya, namun ia sadar bahwa
keluarganya pun lapar. Mungkin Allah Swt telah memberikan ketetapan hati pada keluarga itu. Roti yang hampir disorongkan ke mulut tadi, akhirnya pun diberikan kepada bocah yatim yang malang itu. Malam kedua, mereka pun merasakan rasa lapar yang bertambah berat. Hari terakhir berpuasa untuk memenuhi nazar pun mereka jalankan. Kondisi tubuh sudah semakin parah. Perut melilit dan sering kali terasa perih. Namun sedikit pun mereka tiada mengeluh, bahkan mereka berharap ganjaran pahala berlebih dari Allah Swt Yang tiada pernah terpejam.
Saat berbuka sudah dijelang, hanya sepotong roti yang hendak mereka santap berlima. Kali itu, pintu pun diketuk dan ucapan salam terdengar. Hati mereka was-was karena sudah begitu lapar. Sekali lagi Ali Ra bangkit dan pergi ke luar. Di sana ia temui, ada seorang tawanan yang baru saja dilepaskan. Seperti tawanan lainnya, ia selalu disiksa dan tidak diberi makan. Ia datang dengan perawakan
kurus kering, wajah lusuh dan hampir ambruk karena tidak bertenaga. Ali Ra pun merasakan penderitaannya. Sejurus ia pergi ke dalam, ia sampaikan kondisi manusia malang itu. Dengan sukarela mereka sekeluarga mengikhlaskan roti yang hendak mereka santap. Malam itu pun mereka lalui dengan rasa lapar yang menggila. Namun, mereka sekeluarga telah memenangkan perjuangan. Ya, perjuangan! Demi mendapatkan kecintaan dan keridhaan Allah Swt sehingga mereka semua dikenang dan diabadikan dalam kitab suci yang dibaca oleh milyaran manusia.
Dialah keluarga Ali Ra yang termaktub dalam surat Al Insan ayat 8-10 di atas. Itulah kisah keluarga yang mampu berinfak dari harta terbaik yang mereka miliki sehingga mengundang kekaguman Sang Khalik.
Kisah lain terjadi pada awal Desember 2005. Seorang pria siang itu hendak kembali ke Jakarta. Ia baru saja menyelesaikan urusannya di Bandung. Siang itu ia memilih lewat jalan tol Padalarang. Saat baru
saja masuk tol, perutnya terasa lapar. Terbayang di benaknya, bahwa ia akan mampir di sebuah restoran yang berada di tempat peristirahatan tol. Mobil itu diparkirkan. Ia masuk ke dalam.
Setelah memilih meja yang kosong, ia pun duduk di sana. Makanan yang enak baru saja ia pesan kepada salah seorang pelayan.
Sambil menunggu makanan yang dipesan, tiba-tiba datanglah seorang bocah menghampiri dan berkata, Bang… apakah abang mau beli kue saya ini?! Tangan bocah itu masuk ke dalam bakul seolah hendak memperlihatkan apa yang ia jual.
Pria ini lalu menyusul dengan sebuah kalimat sebelum bocah itu memperlihatkan dagangannya,
Dik…abang baru saja pesan makanan. Kalo abang makan kue adik, nanti makannya tidak lahap. Nanti saja ya, Dik!” Si bocah penjual kue itu tahu bahwa jualannya ditolak. Ia pun beringsut pergi.
Ia hampiri setiap orang yang ada di rumah makan itu. Dengan sopan, ia menawarkan jajaannya. Makanan sudah disantap dengan lahap oleh pria itu. Sebatang rokok tengah diisap mendalam, lalu kemudian ia kepulkan dengan kenikmatan yang tak tergambarkan.
Sejurus kemudian, sang bocah penjual kue datang menyapa, Bang, enak ya makannya. Mungkin abang masih belum kenyang… silakan cicipi kue saya!” Kali ini si bocah menunjukkan dua kue terenak yang dimilikinya.
Dengan enteng pria ini menjawab dengan sopan, “Dik… abang sudah kenyang. Kayaknya udah nggak muat lagi nih perut. Maaf ya, Dik!” untuk kedua kalinya tawaran itu pun ditolak. Setelah puas menikmati rokok, pria itu bangkit. Ia pergi menuju kasir dan membayar semua apa yang ia
nikmati di restoran itu. Setelah itu, ia pun kembali ke mobilnya untuk melanjutkan perjalanan. Pintu mobil baru saja ditutup, pria itu menunduk untuk memasukkan kunci ke tempat starter. Belum lagi
mobil tersebut dioperasikan, kemudian terdengar suara…
Duk..duk..duk! kaca mobil rupanya ada yang mengetuk.
Pria itu kemudian menurunkan jendela. Rupanya bocah penjaja kue yang datang.
Bocah itu berkata, “Bang… kalo abang sudah kenyang, mungkin abang mau bawa oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Kue saya ini enak lho, Bang!” Bocah itu mengatakannya dengan penuh semangat pantang surut.
Demi melihat kegigihan itu, pria tersebut lalu mengambil dompet yang terletak di antara dashboard mobilnya. Ia pun mengambil selembar uang dua puluh ribuan. Uang itu kemudian ia berikan sambil berkata, “Dik…. nih buat kamu. Abang dah kenyang dan gak perlu kue itu. Simpan ya… atau ditabung!” Setelah menerima uang itu, bocah tersebut mengucap terima kasih kemudian ia pun pergi.
Mobil berjalan mundur untuk keluar dari pelataran parkir. Pria itu membalikkan punggungnya. Ia tidak terlalu percaya kepada 3 spion yang ada dalam mobilnya. Saat kepala memutar ke arah belakang… dan ketika ia masih mengeluarkan mobilnya. Ujung matanya memperhatikan bocah penjaja kue itu menghampiri seorang pria buta yang duduk bersimpuh di depan pintu masuk restoran. Ujung mata itu masih tetap mengikuti, hingga akhirnya terbelalak sesaat ketika bocah itu memberikan lembaran uang dua puluh ribuan kepada pengemis buta tadi.
Demi melihat kejadian itu, mesin mobil pun dimatikan dan pria itu kemudian turun menghampiri bocah penjual kue. “Dik… kemari cepat!” pria itu menyuruh dengan nada agak meninggi.
Bocah penjaja kue pun dengan sigap menghampiri. “Ada apa, bang?” ia bertanya.
“Uang itu abang berikan untuk kamu. Kenapa kau berikan untuk orang lain?!” si pria bertanya keheranan atas sikap yang telah dilakukan bocah.
Bang…. uang itu terlalu banyak untuk saya. Emak di rumah pasti bakal marah kalau dia tahu bahwa saya punya duit banyak sementara dagangan nggak laku… Dia pasti mengira kalau gak mencuri pasti saya mengemis. Emak ngasih tahu saya bahwa pantang kami mengemis…!” bocah itu menjelaskan.
“Nah…, karena saya tahu bahwa ada yang lebih membutuhkan dan gak bisa berbuat apa-apa, makanya uang itu saya berikan kepada pengemis itu, Bang…. pantang bagi saya untuk mengemis, Bang!” anak itu menyudahi penjelasannya.
Seolah diceramahi dan dipertontonkan dengan sebuah kebijaksanaan yang tinggi, sang pria kemudian merasa paham lalu berkata, “Hmmm…. kalo begitu berapa kuemu yang tersisa, Dik?!”
Anak itu kaget membelalakan mata kemudian berkata, “Emangnya abang mau beli kue saya?!” “Ya…abang mau beli semua! Hitung dan bungkus ya…!” pria itu menegaskan.
Dengan semangat ia hitung semua dagangannya. Kemudian setelah dibungkus, anak itu mengatakan, “Dua puluh tujuh ribu, bang! Saya korting jadi dua puluh lima ribu aja deh!” anak itu berkata
sambil tersenyum. Sang pria kemudian mengeluarkan uang sejumlah yang disebut. Kemudian memberikannya kepada anak itu sambil mengusapkan tangan di atas kepalanya. Pria itu kemudian masuk ke mobilnya. Ia hidupkan mesinnya sambil melempar senyum kepada bocah penjual kue
tadi. Sejurus kemudian hilanglah mobil itu dari pandangan.
Sementara si anak berdiri kegirangan karena seluruh dagangannya habis terjual. Ia dapatkan uang sejumlah Rp 25 ribu, karena sebelumnya ia berhasil memberikan uang dua puluh ribu kepada pengemis. Infak dari harta terbaik akan mendatangkan pertolongan Allah Yang Maha Pemurah!!!
Alkhori M
Alkhor Community, Qatar

Ketika Allah Tepati Janjinya.....

Kejadiannya, pada bulan Juli lalu, di JHCC sedang ada event “Bobo Fair”..aku melihat disalah satu stand, Nestle, diadakan lomba “Membuat angka 10 dari barang bekas“, pesertanya hampir 800 peserta, wah. ..banyak sekali. Aku teringat dengan teman2 guruku, aku telpon mereka siapa tau ada yang berminat, ya. . hitung2 uji kreativitaslah. .meski aku tau saat itu mereka sedang sibuk persiapan terima raport. Alhamdulillah, ada 2 orang yang mau mencoba.
Keduanya dijemput sopirku kesekolah. Namun setelah mereka sampai ke tempat acara, aq tak juga melihat mereka masuk. Lalu aq susul mereka ke pintu utama, aku tanya
Lho kok belum masuk juga ? “.
Dengan senyum2 mereka balik tanya “Bu Ana, masuknya pake ticket ya?
Astagfirullah. ..apa mereka tak ada uang untuk membeli ticket masuk, yang hanya 10 ribu rupiah, pikirku. Belum terjawab pertanyaanku, salah satu dari mereka berkata
Maaf ya bu, kami tak ada uang untuk itu, maklum akhir bulan…“.
Bergegas aq membelikan 2 lembar ticket, sambil aku bilang
Tak apa disini teman2 bisa belajar ada beberapa pameran software pendidikan, yang mudah2an ada manfaatnya buat kita mengajar.
Setelah masuk,mereka senang dapat melihat2 (Meski sebagian orang membeli, karena semua produk ada hadiah nya..lho..dan semua special price). Setelah mereka melihat2, aku menanyakan bagaimana mau nyoba lomba kreativitas tidak…mereka jawab
“Kami tertarik, tapi harus beli susu dulu ya? ”
Aku balik bertanya “Anak2 bu guru pada minum susu ini tidak ? ”
Setelah kuketahui anak2 mereka minum susu apa aja, yang penting susu.(..beda ya kalo anak2 kita bisa alergi jika gonta ganti), maka aku belikan, susu buat anak2 mereka. Merekapun mendapatkan stamp buat ikut lomba.
Keesokan harinya, pagi2 sekali karya mereka sudah selesai, aku memberikan beberapa masukan apa yang harus diperbaiki. Luarbiasa, tanpa lelah mereka mengerjakan hingga jam 02.00 dinihari…
Pada malam penutupan Bobo Fair, aku tak sengaja mampir lagi bersama putera pertamaku,,
Subhanallah, di stan Nestle, aku melihat ke 2 karya guruku berhasil juara 1 dan 2. Ingin rasanya aku sujud syukur…Allah telah memilih pemenangnya, atas perjuangan mereka.Yang juara 1 mendapat uang tunai 3 juta rupiah, yang juara ke 2 hadiah uang tunai 2 juta rupiah. Totalnya 5 jt rupiah. Hadiah yang tak pernah mereka sangka2.
Aku terharu manakala mereka berkata,” Bu Ana,kami belum pernah lho memegang uang sebanyak itu..sampai gemetar ketika kami menerimanya. ..“. Buat sebagian kita mungkin biasa ya…apalagi yang bekerja teller di Bank..he..he. .he..
All Friends, ada sebuah hikmah yang membuat aku ingin berbagi, adalah..
Ketika sebelum pulang, aku dan anakku mampir membeli crayon, pada saat yang sama kami diminta memancing bebek2an berhadiah, awalnya hanya mendapat hadiah pensil dan penghapus, namun ke dua pancingan terakhir, anakku mendapatkan Hp CDMA dan PS 2, yang jika ditotal hadiahnya mungkin kisaran 2,5 juta.
Subhanallah. Aku bilang sama anakku
“Nak,kamu lihat Allah telah menepati janjiNya…ketika kita ikhlas dlm memberi Allah ganti seketika,dengan sesuatu yang lebih”.
Anakku pun bilang “Allah tak menunggu di yaumil akhir ya mi? wah…adikku seneng banget nih dapat PS 2, krn Umi kan tak mungkin membelikan. “. Dari ratusan peserta, Allah hanya memilih 2 hadiah utama.
Ternyata, kasih sayang Allah tak hanya sampai disitu, selang 4 hari acara pameran, aku menerima telpon, dari perusahaan permen, Alpenible, katanya kami mendapat hadiah sebuah HP Sony Ericson, dengan estimasi harga 2 jutaanlah. Padahal aq sendiri udah gak inget, potongan kuponpun sudah tak kami simpan, dan krn saya malas isi2 kupon, itupun yang mengisi SPG nya, aku hanya menyebutkan data. Namun Allah permudah pengambilannya dengan cara cukup menunjukkan KTP, itupun aku minta tolong orang lain yang ambilkan..
Suatu ketika teman guru kami berkata “Terima kasih ya bu,telah memberi kesempatan bagi kami untuk belajar..layaknya hadiah ini kami bagi dengan ibu ya? “.
Jangan, saya sudah sangat bersyukur…perjuangan kalian membuahkan hasil. Kalian tahu Allah telah ganti hadiah atas kalian berdua, sama dengan apa yang Allah berikan kepada saya seorang”.
Ketika aku ceritakan… mereka betul2 takjub atas kejadian tsb. Saya hanya mengingatkan “Jangan lupa saja, keluarkan zakatnya, 20 % karena itu hadiah yang tidak kalian duga..sebagaimana saya.
Di akhir pembicaraan kami, aku tanya, akan kalian apakan hadiah uang tsb, barangkali mereka ingin jalan2 dipenghujung akhir tahun ajaran.
Mereka hanya menjawab “Ndak bu, sudah saya bayarkan atas tunggakan listrik yang 2 bulan, untuk membeli makanan, sebagian untuk beli seragam, anak saya mau masuk SD..dst.”
Ya, dia adalah ibu guru Ida, yang suaminya hanya guru bantu didesa pedalaman Pandeglang, bergaji hanya 600 ribu sebulan, hanya habis untuk tiap bulan menjenguk keluarganya di Jakarta. Wajar jika buat tiket 10 ribu pun tak lagi ia miliki…karena ternyata, untuk menyambung ongkos mengajar, kadangkala sebagian ditempuh dengan berjalan kaki…terkadang iapun tak ikut makan siang bersama, karena jatahnya hanya cukup untuk 2 kali, pagi dan sore…Allahu Akbar.
Bu guru tsb, bukan cerita Laskar Pelangi, Andrea Hirarta, ibu guru tsb hidup dimasa kini. Ada bersama kita semua. Ibu guru Ida bercita2 melanjutkan kuliahnya, agar pemerintah dapat mengapresiasi lebih atas perjuangannya lebih dari 15 tahun menjadi guru, namun baginya itu hanya ” mimpi”…Kecuali, lagi2 Allah datang dengan pertolonganNya, untuk mengubah sedikit saja jalan hidupnya..
Teman2 adalah kebahagiaan dan “anugerah yang indah” manakala dapat hidup berdampingan bersama mereka…Berbagipun tak harus materi, tapi perhatian dan cinta kasih. Ketika mereka bertutur, tentang perjalanan hidup, itu sudah mengurangi himpitan beban yang dirasakan. Ada bersama mereka, membuat kita menjadi lebih banyak beryukur. Bahwa didalam bumi, masih ada berlapis2 kemiskinan, dan diatas langit masih ada langit lainnya, yang kita tak pernah puas menggapainya.
Mereka adalah orang 2 yang berjuang dan tanpa keluh, karena kadang sahabat terdekatnyapun tak tau bahwa ia sedang menahan lapar….hanya krn Iffah, kemuliaan dirinya, tak ingin menengadahkan tangannya. Puasa bagi mereka tak hanya sebulan dalam setiap tahun, tapi sepanjang tahun mereka tunaikan shaum sunnahnya.
Akhirnya yang kutau, mereka hanya memiliki air mata kebahagian,manakala anak2 murid mereka telah sampai ke depan,menggapai gerbang kesuksesan.Sebagaimana yang kita gapai hari ini, lewat tangan guru2 kita…
Sungguh, Allah adalah benar dengan janjiNya
barang siapa yang ikhlas berjual beli dijalan-Nya, sebuah perniagaan yang Allah janjikan mata air syurga yang mengalir….

Cerita ini, tanpa maksud apa2, pengalaman kecil, yang jika teman2 yakin, Allah sungguh begitu dekat dengan kita.
Ana Andriany.

KETIKA DAUN-DAUN BERGUGURAN....

Saat musim berubah, tiba saatnya daun-daun berguguran. Angin berhembus dingin terasa menyengat. Kelahiran dan kematian datang silih berganti bagai roda yang selalu berputar. Kelahiran selalu disambut dengan riang gembira pertanda datangnya kehidupan yang baru pada satu generasi. Namun ketika kematian tiba, derai air mata mengalir tiada henti, isak tangis terasa memilukan hati itulah saatnya tiba daun-daun berguguran.
Kemaren malam saya berkunjung ke rumah sakit, salah satu kerabat sedang dirawat. Ditengah asyik sedang membezuk, dikamar sebelahnya nampak dua gadis cantik berkerudung sedang khusyuk membaca al-qur’an. Lelaki tua terbaring lemah dengan tangan diinfus. Seorang ibu tertidur di bawah lantai.
Tak berapa lama terdengar isak tangis, kedua gadis itu memeluk sang ayah sambil mengucapkan, “ayah, ucapkan La ilaha illallah..” “ucapkan ayah..”kata gadis satunya lagi. Sang ayah mengikutinya, “La ilaha illallah” dengan nada terbata-bata. Suara jerit tangis terdengar menggema, lelaki tua yang dipanggil kedua gadis itu dengan sebutan ayah akhirnya tiada. Rasa haru menyelimuti didalam dada saya.
Ditengah perjalanan menuju pulang tanpa terasa air mata saya menetes, terbayang wajah Hana bagaimana kelak dewasa ketika saya menjelang senja. Mampukah saya mendidiknya menjadi anak yang sholehah? Apakah ketika detik-detik saya terakhir Hana juga mengingatkan saya untuk mengucapkan kalimah tauhid? Ditengah lamunan itu saya teringat Sabda Nabi SAW Kewajiban ayah dan ibulah untuk
mendidik anaknya untuk menjadi anaknya yang sholeh. Sebagaimana yang disabdakan Nabi SAW, “kullu mauludin yuladu `ala alfitrah, fa abawahu yuhawwidanihi au yunas shironihi au yumajjisanihi.” Artinya “setiap bayi yang terlahir dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah mereka menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Dari kejauhan nampak Hana datang berlari menyambut saya sambil memeluk seolah sudah lama tidak ketemu. Senyum manis menghiasi dibibir mungilnya, Hana terlihat cantik. Wajah dan cara berjalannya mirip dengan saya.
——————————————-
Hidup ini menjadi indah jika diri kita mampu mendidik anak-anak kita menjadi anak yang sholeh, sebab kehidupan tetap berjalan datang silih berganti kelahiran dan kematian hanya tiga hal kebaikan yang tidak akan terputus di dalam hidup ini yaitu anak yang sholeh, ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah.
Oleh:Agus Syafii